Senin, 08 Oktober 2012

Mengenal Geodesi?


Mengenal ilmu Geodesi
Berdasarkan  definisi  klasik  dari  Helmert (1880), Geodesi  adalah  ilmu  tentang pengukuran dan pemetaan permukaan bumi.  Menurut  Torge (1980),  definisi  ini  juga mencakup permukaan dasar laut. Meskipun definisi klasik tersebut sampai batas-batas tertentu masih berlaku, tetapi  ia tidak dapat menampung perkembangan ilmu geodesi yang terus berkembang dari  waktu ke waktu.  Untuk itu,  muncul  definisi  modern dari geodesi, yang antara lain disampaikan oleh IAG (International Association of Geodesy), dan OSU.
Definisi geodesi  modern yang disampaikan IAG [Rinner,  1979]  yaitu: Geodesi  adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengukuran dan perepresentasian dari bumi dan benda-benda  langit  lainnya,  termasuk  medan  gaya  beratnya  masing-masing,  dalam ruang tiga dimensi yang berubah dengan waktu.
Sementara  itu  menurut  OSU (2001),  Geodesi  adalah  bidang  ilmu  interdisiplin yang menggunakan  pengukuran-pengukuran  pada  permukaan  bumi  serta  dari  wahana pesawat  dan  wahana  angkasa  untuk  mempelajari  bentuk  dan  ukuran  bumi,  planetplanet  dan satelitnya, serta perubahan-perubahannya; menentukan secara teliti  posisi serta kecepatan dari  titik-titik ataupun  obyek-obyek pada permukaan Bumi  atau yang mengorbit  Bumi  dan  planet-planet  dalam  suatu  sistem  referensi tertentu;  serta mengaplikasikan  pengetahuan  tersebut  untuk  berbagai  aplikasi  ilmiah  dan  rekayasa dengan menggunakan matematika, fisika, astronomi, dan ilmu komputer.
Berdasarkan  definisi  modern Geodesi  dari  IAG,  Vanicek and  Krakiwsky (1986), mengklasifikasikan  tiga  bidang  kajian  utama  dari  Geodesi,  yaitu:  penentuan  posisi, penentuan medan gaya berat, dan variasi temporal dari posisi dan medan gaya berat; dimana domain  spasialnya adalah  bumi  beserta benda-benda  langit  lainnya.  Setiap bidang  kajian  di  atas  mempunyai  spektrum yang  sangat  luas,  dari  teoretis  sampai praktis, dari bumi sampai benda-benda langit lainnya, dan juga mencakup matra darat, laut, udara, dan juga luar angkasa.
Disamping itu dalam konteks aktivitas, ruang lingkup aktivitas pekerjaan-pekerjaan ilmu geodesi  umumnya akan mencakup tahapan-tahapan:  pengumpulan data,  pengolaha dan manipulasi data, perepresentasian informasi, serta analisa dan utilisasi informasi. Mengingat luasnya bidang kajian ilmu geodesi, beberapa sub bidang ilmu geodesi juga bermunculan. Beberapa contoh  diantaranya adalah sub-sub bidang geodesi  geometrik, geodesi  fisik,  geodesi  matematik,  dan  geodesi  geodinamik.  Selanjutnya  dengan perkembangan teknologi kita pun kemudian mengenal sub bidang baru seperti geodesi satelit, geodesi kelautan, geodesi ilmiah dan geomatika.

Geodesi ilmiah dan Geomatika
Geodesi Ilmiah memfokuskan kajiannya pada penentuan bentuk dan ukuran serta variasi medan  gaya  berat  bumi.  Sementara  itu  geomatika memfokuskan  kajiannya  pada masalah geodetik survey dan surveying, serta sistem informasi berbasis spasial melalui pengukuran dan melalui pengamatan Geomatika,  adalah suatu terminologi  ilmiah modern yang mengacu pada pendekatan terpadu dari  pengukuran,  analisis,  pengelolaan,  penyimpanan dan penyajian deskripsi dan lokasi dari  data yang  berbasis muka bumi,  yang umumnya disebut  data  spasial. Geomatika muncul  dalam konteks  integrasi  beberapa profesi  atau disiplin ilmu yang berhubungan dengan bidang geo-informasi.

Penentuan Posisi
Ilmu geodesi pasti akan identik dengan hal penentuan posisi, begitu pula kebalikannya.  Posisi (suatu  titik)  dapat  dinyatakan  secara  kualitatif  maupun kuantitatif.  Secara kuantitatif posisi suatu titik dinyatakan dengan koordinat, baik dalam ruang satu, dua, tiga, maupun empat dimensi (1D, 2D, 3D, 4D).  Untuk menjamin adanya konsistensi dan standardisasi, perlu ada suatu sistem dalam menyatakan koordinat.  Sistem ini disebut sistem  referensi koordinat,  atau  secara  singkat  disebut sistem  koordinat,  dan realisasinya umumnya dinamakan kerangka referensi koordinat. Sistem koordinat  dapat  didefinisikan dengan  menspesifikasikan tiga  parameter,  yaitu lokasi  titik  nol  dari  sistem koordinat,  orientasi  dari  sumbu-sumbu  koordinat,  dan parameter-parameter  (kartesian,  curvilinier)  yang  digunakan  untuk  mendefinisikan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut. Posisi  titik  dipermukaan bumi  umumnya  ditetapkan  dalam  suatu sistem  koordinat terestris (CTS: Conventional Terrestrial System).  Titik nol dari sistem koordinat terestris ini  dapat  berlokasi di  titik pusat masa bumi  (sistem koordinat  geosentrik),  maupun di salah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik).  Sementara itu posisi titik di ruang angkasa (posisi satelit, dan benda langit) biasanya ditetapkan dalam suatu sistem koordinat celestial/ sistem Inersia (CIS: Conventional Inersial System). Survey untuk penentuan posisi dari suatu jaringan di permukaan bumi, dapat dilakukan secara  terestris maupun ekstra-terestris.  Pada  survey  dengan  metoda terestris, penentuan posisi  titik-titik dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap target atau  obyek yang terletak di  permukaan bumi.  Sementara itu pada survey penentuan posisi  secara ekstra-terestris,  penentuan posisi  titik-titik dilakukan dengan melakukan pengamatan  atau  pengukuran  terhadap  benda-benda  langit  atau  obyek di  angkasa, seperti  bintang,  bulan,  dan  quarsar,  maupun juga  benda-benda  atau  obyek buatan manusia yaitu berupa satelit.

Penentuan Gaya Berat Bumi
Salah satu tujuan ilmu geodesi adalah menentukan bentuk dan ukuran bumi termasuk didalamnya  menentukan  medan  gaya  berat  bumi  dalam dimensi  ruang  dan  waktu. Bentuk bumi  didekati  melalui  beberapa model  diantaranya ellipsoida yang merupakan bentuk ideal dengan asumsi bahwa densitas ( kerapatan ) bumi homogen. Sementara itu kenyataan sebenarnya, densitas massa bumi  yang heterogen dengan adanya gunung, lautan, cekungan,dataran akan membuat ellipsoid berubah menjadi Geoid. Geoid memiliki peran yang penting dalam berbagai hal seperti untuk keperluan aplikasi geodesi,  oseanografi,  dan  geofisika.  Contoh  untuk bidang  geodesi  yaitu penggunaan teknologi  GPS dalam penentuan tinggi  orthometrik untuk  berbagai  keperluan praktis seperti  rekayasa,  survei,  dan  pemetaan  membutuhkan  infomasi geoid teliti.  Pada prinsipnya  geoid (model  geopotensial) dapat diturunkan dari  data gaya berat sebagai data utamanya yang  distribusinya mencakup seluruh permukaan bumi.  Akurasi suatu model  geopotensial terutama  ditentukan  oleh  kualitas data  gaya  berat,  selain  juga ditentukan  oleh  formulasi  matematika yang  digunakan  ketika  menurunkan  model tersebut.  Data  gaya  berat  dapat  diperoleh  dari  pengukuran  secara  terestris menggunakan  gravimeter,  dari  udara  dengan  teknik  air  borne  gravimetry,  dan diturunkan dari  data satelit (satelit  sistem geometrik seperti  satelit  altimetry (wilayah laut)  dan satelit  sistem dynamic seperti  GRACE dan GOCCE,  serta melalui  interpolasi untuk wilayah-wilayah yang tidak ada data gayaberatnya.

Penentuan dinamika system bumi
Salah satu tujuan ilmu geodesi adalah menentukan bentuk dan ukuran bumi termasuk didalamnya menentukan  medan  gaya  berat  bumi  dalam dimensi  ruang  dan  waktu. Bentuk  bumi  didekati  melalui  beberapa  model  diantaranya ellipsoid.  Dahulu  orang menganggap bumi bersifat statis.  Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, paradigma bumi  statis berubah menjadi  bumi  dinamis, yang mana memang secara  riil bahwa bumi  merupakan sistem yang dinamis.  Dinamika pergerakan bumi mempunyai spektrum yang sangat luas, dari skala galaksi sampai skala pergerakan lokal pada kerak bumi.
Bumi  bergerak bersama galaksi  kita relatif  kita relatif  terhadap galaksi-galaksi  lain.  Bumi  berputar  besama sistem matahari  kita  di  dalam galaksi  kita.  Bumi  mengorbit mengelilingi  matahari  bersama planet-planet  lainnya.  Bumi  berputar terhadap sumbu rotasinya,  dan  kerak-kerak  bumi  juga  bergerak  (relatif  sangat  lambat)  relatif  satu terhadap lainnya.  Akibat pergerakan kerak bumi  ini  muncul  gunung,  gunungapia, dan pegunungan, serta mengakibatkan terjadinya letusan gunungapi, gempa bumi, longsor, dan bencana alam lainnya.
Salah satu domain dari geodesi adalah pemantauan sistem bumi, dalam hal ini ditujukan seperti untuk pendefinisian sistem koordinat, dan dinamika sistem koordinat.  Selain itu peran serta geodesi  dalam memantau  dinamika sistem bumi  yaitu ikut  berkontribusi dalam  pemantauan  potensi  dan  mitigasi bencana  alam  seperti  aktivitas vulkanis gunungapi, gempa bumi,  longsor (landslide),  penurunan tanah (land subsidence),  dan lain-lain. 
Penulis  :  Heri Andreas,  Nuraini Rahma Hanifa,  Sela  Lestari  Nurmaulia,  M. Gamal

Referensi
·         Kahar, Joenil, Geodesi, Penerbit ITB, Cetekan 1, Bandung 2008
·         Team Bakosurtanal , Panduan Teknis Datum dan Sistem Koordinat Peta Rupabumi Indonesia, BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL, www.bakosurtanal.go.id, Edisi I, © Bakosurtanal, Cibinong 2005
·         Kelompok Keilmuan Geodesi, Glosari Geodesi, http://geodesy.gd.itb.ac.id/?page_id=13
·         All About Datums http://www.ga.gov.au/earth-monitoring/geodesy/geodetic-datums/about.html
·         Abidin HA, Geodesi Satelit, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2001, ISBN 979 408 462 X

Tidak ada komentar:

Posting Komentar